Ratu Tanpa Takhta
Oleh: Kaka Dens K.
Di antara puing-puing cinta yang retak, Ia berdiri, seorang ratu tanpa takhta.
Luka menganga, hati tercabik-cabik, Namun senyum tetap ia ukir, bak simfoni pelangi yang terbentang setelah badai menyelimuti.
Ia bagai bunga yang layu di tengah padang pasir nan tandus. Hanya tersisa akar kering yang mencengkram pada batu harapan.
Walau air mata yang deras tak pernah bisa membasuh goresan luka di hatinya.
Namun ia tetap tegar, bagai karang yang tak bisa di goyah badai nestapa.
Dulu, ia adalah burung merpati yang bebas terbang, Kini ia terkurung dalam sangkar kesepian. Namun ia tetap berkicau, menyanyikan lagu pilu dengan irama impian.
Ia bagai lilin yang perlahan meleleh, terbakar api cemburu dan jelaga dendam yang membara, Namun cahayanya tetap mampu menyinari kegelapan.
Sunyi nya malam tak pernah bisa menuntun matanya untuk terpejam.
Hanya cahaya bintang-bintang kecil yang jadi penunjuk jalan di labirin malam.
Ingin sekali ia menghapus segala memori, namun iya mengerti. Ada tangan kecil yang harus selalu iya genggam.
Tangan kecil yang menjadi satu-satunya alasan, kenapa iya esok harus kembali melihat mentari.
Komentar
Posting Komentar