Pertarungan Petani Umbi Melawan Pandemi dan Solusi Untuk Mengatasi

Oleh: Kaka Dens Kuswandi

Sahabatku yang lembut hatinya yang sedang Bimbang memikirkan darimana mendapatkan penghasilan di tengah pandemi.

Memang tak dapat di pungkiri, smenjak pandemi corona / wabah (covid-19) melanda dunia, banyak kisah yang ikut menyertainya. Baik kisah suka maupun kisah duka.

Tentu saja kita lebih sering mendengan kisah duka di bandingkan dengan kisah suka yang menghiasi kehidupan ini .

Salah satu kisah duka yang saya dengar dan saya lihat langsung adalah kisah dari para petani Umbi Cilembu yang ada di wilayah sumedang, kita tahu bahwa banyak petani umbi cilembu yang telah menggantunkan hidup selama puluhan tahun kepada hasil bumi tersebut.

Pada kondisi normal, dari 4 petak tanah saja mereka bisa menghasilkan kurang lebih 18 Jt Rupiah setiap musimnya, namun di tengah pandemi yang semakin mewabah dewasa ini, jangankan untuk menghasilkan belasan juta rupiah, bahkan untuk tidak rugi pun mereka sangat sulit untuk meraihnya.

Hal tersebut di karenakan kebijakan pemerintah yang telah mengleluarkan aturan PSBB, sehingga ruang gerak masyarakat pun menjadi sulit, banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan penghasilannya, sehingga daya beli masyarakat semakin melemah.

Di tambah akses export ke luar negeri sudah di tutup, karena menurut informasi yang saya dengar, hasil bumi berupa umbi cilembu belakangan ini lebih banyak di jual ke vietnam, malaysia dan negara tetangga lainnya.

dalam hal ini saya tidak ingin menyalahkan pemerintah, karena saya meyakini, kebijakan apapun yang di ambil pemerintah tentu demi hajat hidup orang banyak, berkurang nya penghasilan tentu lebih baik daripada banyak masyarakat yang tertular bahkan sampai kehilangan nyawa mereka.

Walaupun saya meyakini, pilihan tersebut adalah pilihan buruk yang di ambil dari pilihan-pilah terburuk lainnya.

Saya sempat mengadakan obrolan-obrolan kecil bersama para petani umbi yang ada di sumudang, dari beberapa kejadian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa ubi cilembu sudah tidak bisa lagi di jadikan andalan di tengah wabah seperti sekrang ini.

Menurut salah satu petani, saking sulitnya menjual hasil tani tersebut, banyak para petani yang membiarkan hasil tani tersebut tergeletak di pinggir jalan, tentu saja ini bukan pemandangan yang menyenangkan, ini adalah pemandangan yang sangat membuat pilu hati siapapun yang melihatnya.

Dari obrolan-obrolan kecil di atas, saya sempat melayangkan usul: Pak bagaimana jika musim ini kita ganti saja tanaman umbi nya dengan tanaman lain.

memang ususl tersebut tidak dengan mudah di terima oleh mereka, karena selain sebuah komoditi yang bisa menghasilkan banyak rupiah, ubi cilembu sudah di anggap hal yang sakral oleh  mereka, karena ubi cilembu adalah tanaman yang mereka tanam secara turun temurun.

Namun saya tidak menyerah, saya menjelaskan lebih rinci usul saya secara perlahan agar dapat mereka pahami, saya melanjutkan: Begini Pak, sekarang hampir semua daerah sudah melakukan sistem PSBB, sehingga secara tidak langsung masyarakat terisolasi di wilayah masing-masing.

Bahkan pasar di wilayah kita pun agak kesulitan untuk mendapatkan bahan pangan dari wilayah lain,sehingga mereka lebih banyak menjual pangan dari petani lokal. yang memang secara varietass sanngat terbatas, namun walaupun demikian kehidupan harus terus berlangsung, masyarakat harus terap bisa mendapatkan pangan.

Sekarang kita suudzon aja dulu lah, bagaimana kalau pandemi ini tidak selesai dalam waktu singkat?
Bagaimana jika pandemi ini berlangsung cukup lama? tentu pasar di wilayah kita akan semakin sulit untuk mendapatkan bahan pangan.

dan jika hal tersebut benar-benar terjadi, tentu hasil dari petani lokal lah yang akan menjadi tumpuan dan yang akan di andalkan oleh masyarakat.

Sekarang bagaimana jika kita berkumpul dengan semua para petani yang ada di wilayah kita, kita diskusi, kita bagi, masing2 petani jangan ada yang menanam jenis tanaman yang sama, kita tinggalkan dulu umbi cilembu untuk sementara, karena umbi bukanlah kebutuhan utama para masyarakat, kalaupaun ada yang ingi menam silakan, tapi jangan semua petani menanam ubi cilembu.

kita ganti dengan tanaman-tanaman yang bisa memenuhi kebutuhan pokok seperti sayuran, cabai, dlsb. tapi sebelumnya kita harus survei dulu ke pasar, produk apa yang sulit di dapatkan dan banyak di cari masyarakat.

jika kita sudah menapatkan data tersebut, kita tentukan siapa yang menanam cabai misalnya, siapa yang menanam kol, siapa yang menanam tomat Dlsb. jangan ada petani yang bersaing. Dalam kondisi ini kita para petani harus bersatu sehingga harga di pasar akan terus stabil karena tidak over produksi dari jenis pangan yang kita tanam.

Dan jika bisa, kita memerlukan bantuan pemerintah setempat agar hasil tani para petani dapat langsung di terima oleh pasar, tidak via tengkulak yang sering iseng memainkan harga.

Dari obrolan di atas, alhamdulillah saran saya ada yang memahami dan ada beberapa petani yang ingin merealisasikan saran saya tersebut.

Semoga obrolan kami beberpa waktu lalu tidak hanya menjadi angin lalu, semoga para petani bisa bersatu, dan saya berharap pemerintah daerah dapat membantu para petani khususnya yang ada di wilayah kecamatan tanjungsari-sumedang, Umumnya untuk para petani yang ada di indonesia.

Jika kebetulan ada pemangku kepentingan yang membaca tulisan saya ini, dan memang saran saya di anggap baik dan bisa menjadi solusi untuk para petani, saya mohon dengan sangat, bantulah para petani kami Pak/Bu.

karena tanpa uluran tangan pemerintah, hal ini agak sulit untuk dapat terealisasi,  terlebih dalam hal penyuluhan kepada para perani dan dsitribusi hasil tani para petani yang ada di wilayah kami.


Wasallam.


Jika Anda Peduli Dengan Para Petani, Silakan Share artikel ini, semoga tulisan yang berisikan jeritan hati para petani ini bisa sampai ke telinga para pemimpin negeri.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keunikan Buah Marasi - Dengan Segala Keajaibannya

Bunga yang Mekar di Tengah Reruntuhan

Dalam Pusaran Ego